Pengelolaan sampah di lingkungan sekolah, khususnya SD Negeri Bendan 01, menjadi isu penting yang perlu diperhatikan. Dalam keseharian, sekolah ini menghasilkan berbagai jenis sampah, baik organik seperti sisa makanan dan dedaunan, maupun anorganik seperti plastik dan kertas. Namun, berdasarkan pengamatan, masih kurangnya pemahaman siswa dan warga sekolah dalam memilah serta mengolah sampah menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penumpukan sampah. Hal ini tidak hanya berdampak pada lingkungan sekolah yang kurang bersih, tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah lingkungan yang lebih besar.
Sampah organik yang tidak dikelola dengan baik sebenarnya memiliki potensi besar untuk diolah menjadi pupuk kompos organik. Sayangnya, sebagian besar warga sekolah belum memahami cara pengolahan sampah organik menjadi sesuatu yang bermanfaat. Kurangnya edukasi tentang pengelolaan sampah dan pemanfaatannya menjadi tantangan utama. Seringkali, sampah organik bercampur dengan sampah anorganik, sehingga sulit untuk dimanfaatkan lebih lanjut.
Oleh karena itu, pembuatan pupuk kompos organik di SD Negeri Bendan 01 dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Selain sebagai upaya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, kegiatan ini juga dapat menjadi media edukasi bagi siswa dan warga sekolah untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya memilah dan mengolah sampah. Dengan melibatkan siswa secara aktif, kegiatan ini tidak hanya menghasilkan pupuk kompos yang bermanfaat untuk penghijauan lingkungan sekolah, tetapi juga membangun kebiasaan positif dan tanggung jawab terhadap lingkungan sejak usia dini.
Dengan latar belakang tersebut, program pembuatan pupuk kompos organik di SD Negeri Bendan 01 diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, hijau, dan berwawasan lingkungan.
3. Isu Strategis RPJMD tentang Pengolahan Sampah Organik di Kota Pekalongan khususnya di wilayah SD NEGERI Bendan 01
-
Tingginya Timbulan Sampah Organik
Kota Pekalongan menghasilkan sampah organik dalam jumlah besar, terutama dari rumah tangga, pasar tradisional, dan fasilitas umum. Namun, sebagian besar sampah organik tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga hanya menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA). -
Minimnya Kesadaran dan Edukasi Masyarakat
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah organik, seperti pemilahan dan pengolahan menjadi pupuk kompos, menyebabkan rendahnya partisipasi dalam program pengelolaan sampah. Edukasi tentang pengelolaan sampah masih terbatas dan belum terintegrasi dalam program pemberdayaan masyarakat. -
Ketergantungan pada Sistem Pembuangan Sampah Konvensional
Sistem pengelolaan sampah di Kota Pekalongan masih berorientasi pada pengumpulan dan pembuangan ke TPA tanpa proses pengolahan yang memadai. Hal ini menyebabkan TPA cepat penuh dan meningkatkan risiko pencemaran lingkungan. -
Belum Optimalnya Infrastruktur Pengolahan Sampah Organik
Fasilitas dan teknologi untuk pengelolaan sampah organik, seperti instalasi pengomposan atau biodigester, masih terbatas. Selain itu, dukungan anggaran dan kebijakan untuk pengembangan infrastruktur pengolahan sampah organik masih perlu ditingkatkan. -
Kesempatan untuk Meningkatkan Ekonomi Sirkular
Pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos atau energi alternatif memiliki potensi ekonomi yang besar bagi Kota Pekalongan. Namun, peluang ini belum dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung ekonomi sirkular dan pemberdayaan masyarakat lokal. -
Kebutuhan Sinergi Antar-Pemangku Kepentingan
Keterlibatan berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, sektor swasta, komunitas, dan masyarakat, dalam pengelolaan sampah organik masih perlu ditingkatkan. Koordinasi antar-pemangku kepentingan menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan program pengelolaan sampah. -
Dampak Lingkungan yang Perlu Dikendalikan
Penanganan sampah organik yang tidak tepat berkontribusi pada emisi gas rumah kaca seperti metana, serta pencemaran tanah dan air di sekitar TPA. Hal ini menjadi tantangan besar dalam mendukung visi pembangunan berkelanjutan di Kota Pekalongan.
Rekomendasi Strategis:
- Meningkatkan edukasi dan kampanye pemilahan sampah sejak dari sumber (rumah tangga, sekolah, dan pasar).
- Mengembangkan dan memperbanyak fasilitas pengolahan sampah organik berbasis komunitas, seperti bank sampah dan tempat pengomposan.
- Memanfaatkan teknologi modern untuk pengelolaan sampah organik, seperti biodigester.
- Mendorong program kemitraan dengan sektor swasta untuk pengembangan ekonomi sirkular berbasis pengelolaan sampah.
- Memperkuat regulasi dan kebijakan lokal terkait pengelolaan sampah organik, termasuk insentif bagi masyarakat dan pelaku usaha yang terlibat.
- Menyusun target pengurangan sampah organik secara bertahap sebagai bagian dari indikator kinerja RPJMD.
Dengan menjadikan isu pengelolaan sampah organik sebagai bagian penting dalam RPJMD, Kota Pekalongan dan khususnya di lingkungan SD negeri Bendan 01 dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan sekaligus mendukung pemberdayaan ekonomi lokal.
4. Sebelum implementasi inovasi pengolahan pupuk organik, SD Negeri Bendan 01 menghadapi beberapa tantangan terkait pengelolaan sampah di lingkungan sekolah:
-
Kurangnya Pemahaman tentang Pengelolaan Sampah: Siswa dan staf sekolah belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai pentingnya pengelolaan sampah, khususnya dalam memilah antara sampah organik dan anorganik. Hal ini menyebabkan semua jenis sampah tercampur tanpa pemilahan yang tepat.
-
Penumpukan Sampah Organik: Sampah organik seperti sisa makanan dan dedaunan sering menumpuk di area sekolah tanpa pengelolaan yang efektif. Penumpukan ini tidak hanya mengganggu estetika lingkungan sekolah tetapi juga berpotensi menimbulkan bau tidak sedap dan menjadi sarang bagi vektor penyakit.
-
Minimnya Fasilitas Pengelolaan Sampah: Sekolah belum memiliki fasilitas atau sistem yang memadai untuk pengolahan sampah organik, seperti komposter atau area khusus untuk pengomposan. Akibatnya, sampah organik tidak dimanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja.
-
Kesadaran Lingkungan yang Rendah: Kurangnya program edukasi dan kegiatan yang berfokus pada pengelolaan sampah menyebabkan rendahnya kesadaran lingkungan di kalangan siswa dan staf. Hal ini berdampak pada perilaku sehari-hari yang kurang peduli terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.
Kondisi-kondisi tersebut menunjukkan perlunya intervensi melalui program edukasi dan implementasi sistem pengelolaan sampah yang efektif, seperti pembuatan pupuk kompos organik, untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi seluruh warga sekolah dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
5. Setelah implementasi program pengolahan pupuk organik, lingkungan SD Negeri Bendan 01 mengalami perbaikan signifikan:
-
Pengurangan Volume Sampah: Sampah organik yang sebelumnya menumpuk kini diolah menjadi pupuk kompos, mengurangi volume sampah yang dibuang dan meringankan beban tempat pembuangan akhir.
-
Peningkatan Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan: Dengan pengelolaan sampah yang lebih baik, area sekolah menjadi lebih bersih, mengurangi risiko penyakit yang disebabkan oleh penumpukan sampah.
-
Penghijauan Lingkungan Sekolah: Pupuk kompos yang dihasilkan digunakan untuk menyuburkan tanaman di sekitar sekolah, menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan asri.
-
Peningkatan Kesadaran Lingkungan: Siswa dan staf menjadi lebih sadar akan pentingnya pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan, membentuk kebiasaan positif dalam menjaga kebersihan.
-
Edukasi Praktis bagi Siswa: Program ini memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang daur ulang dan manfaat pengolahan sampah, memperkaya proses pembelajaran mereka.
Secara keseluruhan, program pengolahan pupuk organik di SD Negeri Bendan 01 berhasil menciptakan lingkungan sekolah yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan, serta meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan siswa dan staf.